Bulan lalu, genap dua taun lebih menginjak angka dua puluh. Ada yang bilang 'baru', sebagian lagi ada yang bilang 'sudah'.
Betapa relatifnya waktu bagi sebagian orang..
Jika sebelumnya saya lebih sering pulang ke Bandung, sekarang saya harus lebih pintar-pintar membagi waktu dengan kuliah yang berlokasi di Jakarta. Perjalanan yang pada awalnya terasa sangat jauh, sangat lama dan cukup berat. Selain, menghabiskan cukup banyak waktu, juga tentu biaya yang lebih besar. Tapi, lama kelamaan malah jadi biasa. Bahkan, belakangan ini jarak itu terasa sedikit kurang jauh. Hanya sebentar..
Betapa relatifnya jarak dan waktu..
Jika biasanya makan 20ribu di suatu tempat sudah terbilang lumayan mahal, di tempat lain harga segitu nggak malah ada apa-apanya. Jika dulu sebelum kenaikan BBM harga bis Jakarta-Bandung hanya 50ribu, sekarang harganya naik jadi 60ribu. Bagi sebagian orang harga segitu tidak ada apa-apanya, tapi bagi sebagian lagi cukup mencekik anggaran bulanan.
Betapa relatifnya nominal uang..
Mau bagaimana pun, rumah adalah tempat terbaik untuk pulang. Tapi terkadang kita harus pergi menjauh meninggalkan rumah untuk tau apa arti sesungguhnya dari kata 'rumah' dan 'pulang'. Bagi saya, rumah terbaik adalah tempat yang bisa membuat kita merasa nyaman dan aman. Sebuah tempat dimana susah, senang, sedih dapat menenangkan. Sebuah tempat memang bisa jadi apa saja bergantung yang mengisinya.
Betapa relatifnya makna sebuah tempat..
Masih cari apa sih? Mau bagaimana sih? Mau apa lagi sih? Pertanyaan yang kerap kali membingungkan karena diri sendiri juga tidak tau apa jawabannya. Atau sebenarnya tau, hanya masih mencari pembenaran agar terbukti benar. Sifat dasar manusia sih sebetulnya, tidak pernah merasa puas. Jika bagi seseorang mempunyai penghasilan kecil asalkan mencukupi sudah lebih dari cukup dan membuat ia bahagia, bagi seseorang lainnya bisa jadi gaji puluhan juta pun tetap merasa kurang..
Betapa relatifnya kepuasan hidup bagi seseorang..
Saya percaya bahwa Tuhan telah menakdirkan setiap orang untuk sebuah perjalanan. Perjalanan hidupnya masing-masing. Jika diibaratkan, perjalanan itu seperti layaknya garis-garis tangan kita yang seperti peta, kita hanya perlu mengikutinya. Bagi sebagian orang sebuah perjalanan terkadang amat terjal dan berliku, bagi sebagian lainnya perjalanan terkadang begitu amat terasa membosankan, sedang sisanya merasa itu merupakan hal yang harus dinikmati karena menyenangkan.
Betapa relatifnya arti sebuah perjalanan..
isitlah jawanya itu "sawang sinawang" kak anggi...
BalasHapusemang bener sih, insyaAlloh siapa yg mensyukuri nikmatnya akan terasa bangeets ketenangan dalam hidup ini
cilegon - bandung udah 70 rb hehe...
Hmm.. sanang sinawang ya.. *tanya om google*
HapusIya pik, Merak-Bandung harganya segitu ya sekarang.. duh..
tumben updatenya lama nggi?
BalasHapussama nggi sekarang gw juga ngerasa Jakarta-Bandung deket banget karena sering bolak balik.
gw bisa dengan 30rb smp jakarta nggi, klo dari jakarta jangan naek mobil yang ke Bandung tapi naeknya yang Garut/Tasik ntar turun di tol deh. Lumayan kan hemat 20rb :)))
Lagi banyak tugas pak :'|
HapusWahhhhh, turun di tol ya? ndak berani ah aku, sereeeeeeeem. hih!
komentar pertamax, cmiww* :3
BalasHapusKarena tujuan hidup seseorang itu berbeda2, makanya semua itu menjadi relatif.
BalasHapusIya, sepakat mbak :)
Hapushny bisa bilang, Tulisan kaka bagussss! dalem/sarat makna! *smile
BalasHapusterima kasih :)
HapusApakah karena relatifitas maka kita jadi galau??? Tuhan maha adil loh. Justru relatifitas ini membuat kita mampu menerima hidup apa adanya...
BalasHapusBukan galau pak, mungkin lebih tepatnya sarana bagi kita untuk 'berpikir ulang', juga lebih bersyukur atas apa yang diberi olehNya.
Hapuspasrahkan semua sama yang diatas, inilah tuntutan hidup :D
BalasHapuslife is true challenge
ya gitudeh, ikhlas ikhlas ikhlas ya :)
HapusHmm aku suka tulisan ini, soal 'rumah' dan 'pulang', sama halnya dengan cinta dan rindu :)
BalasHapus"cinta butuh jarak untuk memberi ruang pada rindu"
BTW, warga di cilegon kah?
*LDR Unite* *kibas-kibas bendera menyerah mbak* :D
Hapusaku kerja disini mbak, dari Bandung :)
Dulu saya sering bolak balik Jkt-Depok pas lagi TA capeknya terasa banget udah gitu setiap hari tapi gak terasa juga sih :D
BalasHapusIya, biasa karena sudah terlalu terbiasa :D
Hapuspada akhirnya, semua tergantung cara pandang kita :)
BalasHapusya, begitulah mas priyo :D
HapusHidup ini cair. Semesta ini bergerak. Realitas berubah. Tsah.
BalasHapusSok filosofis gini saya.
cieee, arif filosofis cieeee hihiy!
Hapus