Potongan-Potongan Kebahagiaan

Senyum menyambut kehadiranku sepulang berlibur dari Bali akhir Agustus lalu di Bandara Husein Sastranegara. Senyum Abah dan adik perempuan kesayanganku. Seperti biasa, adikku menciumku disetiap sudut wajah, dan aku selalu dibuat tertawa karenanya. Aku mengecup tangan papa, dan papa mengelus kepalaku lembut. 'Sehat, kak? Kok item banget', itu komentar pertama yang ia lontarkan saat melihatku. Ada senyum bahagia juga getir diantara keduanya. Aku hanya bisa tersenyum.

Sepanjang jalan aku berceloteh kesana-kemari menceritakan bagaimana keseruan solo-traveling di Bali selama 4 hari. Bagaimana keteledoranku meninggalkan tas di toilet bandara dan baru ingat saat keluar terminal, bagaimana aku bertemu Pak Made, bagaimana aku masih sering salah berbelok kiri dan kanan saat 'mbak google maps' menunjukkan arah, bagaimana aku bisa mendatangi begitu banyak tempat tanpa tau jalan selama disana, bagaimana aku berkenalan dengan orang pribumi juga bule-bule yang aku temui dan yang pasti bagaimana bisa aku bawa kardus sebesar itu sepulang dari sana hahaha!


Senyum mama jadi satu hal yang paling aku syukuri setibanya di rumah. Aku mencium tangan dan kedua pipinya. 'Selamat ulang tahun, ma! Selamat empat puluh lima ya', tuturku yang langsung disambut dengan todongan oleh-oleh dan hadiahnya. Walaupun kadang berselisih paham, nggak ada satuan apapun yang bisa menggambarkan betapa aku sayang padanya. Setiap kebahagiaan dan keberuntungan yang aku rasa adalah hasil dari kata dan juga doa yang terlontar dari bibirnya, dari setiap sholat dan sujudnya. Tidak ada surprise yang aku berikan memang, hanya menelponnya saat pagi hari untuk melantunkan doa dan harapan kedepannya, tapi murid-murid mengajinya yang memberikan kejutan, memberinya kue dan kado sebagai hadiah di hari dimana usianya bertambah. Dan dia terlihat begitu bahagia saat menceritakannya.

Jadi kali ini aku memaksa semuanya untuk 'liburan', nggak jauh memang hanya sekedar berjalan-jalan dan makan di daerah Lembang, yang baru aku sadar sudah lama nggak kami lakukan berlima. Karena biasanya papa yang males keluar dan si anak ABG yang sering keluar sama temannya. Belum pernah aku lihat keduanya terlihat begitu bahagia. Belum pernah juga aku tau bagaimana keseharian si anak kedua yang mulai beranjak remaja. Pokoknya nggak ada kata yang bisa mendeskripsikan bahagia yang aku rasa.




Setelah menjemput iyang di Balai Kota yang menghadiri acara Pramuka, sempat kelilingan cari satu anak item ini diantara ratusan anak berseragam lainnya haha. Awalnya dia kaget karena nggak nyangka mau dijemput berhubung whatsapp dan telpon nggak bisa handphonenya mati. Jadi, setelah dzuhur berangkat lah kami ke Lembang. Macet juga sempat terjadi dibeberapa ruas jalan Setiabudi dan Cihampelas. Rencana awal yang ingin ke daerah Ciwidey dibatalkan memang karena keterbatasan waktu dan mengingat aku yang malamnya masih harus melanjutkan perjalanan dari Bandung ke Jakarta.

Sesampainya di De'Ranch Lembang, setelah membeli tiket masuk, menukarkan welcome drink dan berfoto-foto kesana-kemari. Ditambah lagi riweuh si kecil yang ingin naik ini-itu. Tapi pemandangan yang paling nggak terlupakan adalah saat Papa dan Iyang foto-foto sampai tidur-tiduran di rumput hahaha sekarang aku tau darimana kenarsisan ini berasal!




Liburan ke Bali kemarin bukan sekedar liburan, tapi bagiku jadi sebuah ajang untuk 'sadar' dan intropeksi diri. Aku yakin dan percaya bahwa rejeki, jodoh dan mati sudah tertulis di Lauhul Mahfudz dan gak akan tertukar. Begitu juga dengan statement ridho Allah adalah ridho orang tua. Kalau di flashback lagi hidup beberapa tahun belakang, baru menyadari bahwa semuanya sudah diatur sedemikian cantiknya oleh Allah. Juga peristiwa yang menurut kita enggak mengenakkan pun, pasti ada hikmah yang bisa kita petik untuk pembelajaran hidup di depan. 

Aku bersyukur atas apa yang Allah karuniakan kepada aku; baik atau buruk suatu hal yang terjadi pada dasarnya dikembalikan kepada kita sendiri, bagaimana kita mensyukuri dan menyikapi segala ujian dari Allah. Setelah itu menjalani apa yang sudah ditakdirkan oleh Allah. Memang gak mudah dan yang namanya ngomong itu emang paling gampang ya he-he-he. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, hidup ini punya siapa sih? tawakkal lagi, berdoa lagi, dan makin sadar sih kalau hakikatnya manusia hidup untuk apa.

Semua adalah rencana Allah dan aku gak pernah menyangka apa yang direncanakan oleh Allah sangat rapi dan di luar dari logika normal manusia, tapi tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Tugas kita adalah untuk terus bersyukur, berdoa dan berikhtiar. Allah yang Maha mengetahui kondisi kita. Di saat Allah berkata "jadi" seketika hal tersebut akan terjadi dan menjadi. 



Aku sadar banyak sekali kesalahan yang aku perbuat pada keduanya. Mari kita bebenah 'rumah' ya, menata lagi hati dan semuanya. Semoga usaha yang kita rintis sekarang mendapat ridha Allah, bernilai ibadah dan bermanfaat bagi sesama. Kali ini kakak nggak akan memaksakan kehendak lagi, karena memang benar ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua.

May Allah always be with us, inshaa Allah :)


Lembang, 30 Agustus 2015
Be happy!