EID MUBARAK!

Gema takbir berkumandang yang menandakan datangnya hari kemenangan beberapa hari lalu. Di pagi buta seisi rumah sudah dibangunkan untuk persiapan shalat Ied di lapangan dekat rumah oleh Mama. Ini tahun kelima saya Idul Fitri di Bandung dengan status anak rantau dan rasanya ada sesuatu yang berbeda. 

Sudah lama rasanya saya tidak se-cengeng ini, mendengar gema takbir, lantunan shalawat, senyum sanak saudara juga tetangga, akhirnya membuat pertahanan saya menyerah juga. Antara haru dan malu. Lantunan syukur terucap kepadaNya. Itu saja. Isak saya tahan justru saat Abah memeluk dan membisikkan beberapa 'pesan' lantas ditutup dengan Ia mencium kening saya. 'Doakan ya, Bah', tutur saya sambil menyeka air mata.

Idul Fitri kali ini kami tidak jadi 'mudik' mengunjungi sanak saudara karena satu dan lain hal. Setelah Kakek dan Nenek wafat beberapa tahun lalu rasanya Idul Fitri tidak lagi sama, semacam tidak lagi punya kampung halaman untuk dikunjungi setiap tahunnya. Kalaupun dulu Nenek masih ada, rumah tidak pernah sepi kunjungan semua keluarga besar, setelahnya justru kami yang berkewajiban mengunjungi Kakak Mama yang tertua.


firSudah 7 tahun ternyata ya, Ma.. ujar saya hari itu, yang dibalas dengan senyum dan desahan nafas panjang. Badai memang sudah berlalu, tapi membangun semua yang dihancurkan badai memang butuh waktu. InshaAllah kita bisa. Sudah sejauh ini dan kita harus menyerah begitu saja? Tidak. Jangan. La Tahzan, Innallaha Ma'ana.

Seperti pesan mama, berdirilah diatas kakimu sendiri dan jangan selalu mengharap belas kasih dari orang lain, jangan selalu mengharap imbalan dari orang lain, tapi berharaplah kepada Allah yang Maha Segalanya. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesudah kesulitan itu ada kemudahan. InshaAllah :)

Dan sekarang yang bisa dilakukan adalah menjadikan keluarga sebagai ladang amal nomor satu, dan sekaligus juga menjadi satu-satunya alasan mengapa harus bertahan jauh dari tanah kelahiran dan berjuang di pulau orang. Sendirian. Karena sekali lagi satu hal yang saya terapkan, bahwa untuk setiap hal yang sedang kamu perjuangkan, bekerja keraslah lebih banyak dari biasanya, berdoalah lebih sering dari biasanya, dan kuatkan keyakinan lebih dalam dari sebelumnya bahwa apapun hasilnya kelak itu adalah yang terbaik versiNya.

Jadi, mengapa merasa lelah? Sementara Tuhan senantiasa menyemangati dengan Hayya'alal Falah, bahwa jarak kemenangan hanya berkisar antara kening dan sajadah. Percaya bahwa Dia punya segala indah hanya untuk sekedar melepas resah.



So, why should I be unhappy?! *Senyum


Bandung. Libur Lebaran. Macet disetiap tikungan jalan.
Tapi, bisa diulang seminggu lagi, plis?




*untuk semua teman atau orang-yang-mungkin-tanpa-sengaja tiba di tulisan ini, saya haturkan maaf sebesar-besarnya jika ada salah kata atau perbuatan saya yang kurang berkenan, ya. Selamat berlibur, selamat berkumpul dengan keluarga dan orang-orang tersayang :')