MENERTAWAKAN DIRI SENDIRI
Pagi ini saya awali dengan terbangun pukul 3 pagi dan kemudian dilanjutkan tarik selimut kembali. Serius, Bandung sedang dingin-dinginnya. Entah saya yang sudah terlalu terbiasa tinggal ditempat yang luar biasa panasnya. Dan tiap kali pulang, bersin dan flu seolah jadi kebiasaan sehari-hari. Ah, payah. Setelah dua minggu lalu rasanya hidup saya sedang serusuh-rusuhnya, seriweuh-riweuhnya, finally here it goes. Saya sedang duduk didepan laptop sembari menunggu adzan Subuh, diselingi membuat laporan kerjaan, di rumah.
Nama: Anggi. 24 Tahun. Setelah punya hobi ketinggalan handphone berkali-kali, bahkan entah bagaimana bisa sampai masuk kedalam tempat sampah, sekarang dia punya hobi baru menghilangkan seperangkat kunci motor, kunci rumah dan kunci kantor. Teledor, seperti biasanya. Setelah riweuh menyusuri satu per satu tempat tepat sehari sebelum kehilangan kunci selepas berbuka puasa, membuat repot satpam kantor, dan mencari tiap sudut parkiran motor, hasilnya pun nihil. Akhirnya cuma bisa pasrah dan berpikir untuk membuat duplikatnya. Dan dua hari kemudian, entah bagaimana caranya, barang yang dicari ditemukan ...didalam kulkas!
Malu? Engga. Kesal? Iya. Rasanya gemas sama diri sendiri kenapa selalu se-teledor itu untuk hal-hal yang sebetulnya sepele. Dan akhirnya cuma bisa tertawa aja setiap kali ada yang bertanya kabar kunci. Malu, gis. Malu. Rasanya de javu, pernah mengalami hal serupa saat masih kuliah dulu, dengan case yang sama, kehilangan kunci motor yang akhirnya merepotkan teman-teman. Duh, kan.
Tapi bagian terbaiknya adalah bahwa saya masih bisa tertawa, lepas, menertawakan kebodohan diri sendiri.
As time goes by, sampai saat ini saya belum menemukan jalan yang benar, jangankan itu, membedakan belok kanan atau kiri saja saya masih sering kewalahan. *sigh
Bandung memang rasanya tidak sama lagi
Ada sesuatu yang hilang berganti
...dan langit pagi di bulan Juli jadi saksi
P.S: Btw, kenapa ilustrasinya bunga? Entah, sedang se-random itu memang :]]